Masjid Sultan Sahuddin Abdul Aziz Shah (The Blue Mosque)

Masjid Sultan Salahuddin Abdul Aziz Shah atau lebih dikenal dengan nama Masjid Biru terletak . Shah Alam adalah kota yang dirancang khusus melalui citra satelit untuk menampung premis komersial, gedung perkantoran, pusat pusat kebudayaan dan juga pemukiman. Masjid Biru ini dikelilingi Wisma MBSA, Perpustakaan Negeri, Museum Negeri, bangunan Jabatan Agama Islam Selangor, Kompleks Taman Kesenian Islam Selangor dan Taman Tasik Shah Alam yang indah. Lambang keagungan Islam mendominasi hampir seluruh bangunan mesjid dengan kubah terbesar dan menara mesjid tertinggi kedua didunia, dan merupakan salah satu mesjid terindah didunia. Mesjid ini lebih dikenal dengan nama mesjid Biru menjadi lambang keagungan dan kedaulatan umat Islam di Malaysia.
Mesjid Biru diresmikan oleh Duli Yang Maha Mulia Sultan Salahauddin Abdul Aziz Shah pada tanggal 11 Maret 1988 (23 Rajab 1408 H) sangat berarti bukan hanya bagi Sultan, tetapi juga bagi seluruh rakyat Selangor. Inisiatif pembangunan mesjid yang sangat indah ini berawal ketika Shah Alam ditetapkan sebagai ibukota baru kerajaan Selangor Darul Ehsan, setelah Kuala Lumpur diserahkan kepada Kerajaan Persekutuan pada 1 Februari 1974. Masjid ini terletak di bagian utara tebing selatan, salah satu kawasan tebing yang tertinggi yang ada dikawasan ini menjadikannya bangunan penting dan sesuai untuk lokasi bangunan mesjid Kearajaan. Penggerak utama pembinaan mesjid ini yaitu Almarhum DYMM Sultan Salahuddin Abdul Aziz Shah yaitu Sultan Selangor ke-7. Sultan sendiri yang mengawasi pembangunan dan pembinaan mesjid ini.
Masjid Sultan Bagian Bagian Mesjid: Mimbar: Mimbar mesjid ini dibuat oleh para pengukir dari Kelantan. Desain ukirannya disesuaikan dengan mimbar yang ada poada mesjid mesjid lama. Hamparan permadani yang terbuat dari kulit kambing yang terbaik dengan desain geometris dengan latarbelakang warna biru. Kaligrafi: Kaligrafi (Khat) yang terdapat didalam dan diluar kubah dan dibeberapa temapt lainnya didalam ruang shalat utama adalah hasil karyapenulis kaligrafi dari Arab Saudi bernama Abdel Moneim Mohammed Ali El Sharkawi dan dibantu oleh penulis kaligrafi lokal. Eskalator: Untuk memeudahkan para jamaah, disediakan eskalator (tangga berjalan) dan lift dari lantai dasar ke ruang shalat utama. Atap (Ceiling): Panel yang berbentuk segitiga dibuat dari kayujati yang berselang seling membentuk corak unik dan menarik, diterangi dengan bola bola lampu kecil bagaikan kelip kelip bintang bertaburan dimalam hari. Lampu: Masjid ini nampak sangat indah dimalam hari. Lampu lampu yang ada dimesjid ini sebagian besar dikontrol secara otomatis oelh komputer. Juga terdapat empat buah lampu Chandelier menambah keindahan ruang shalat utama. Mihrab: Terbuat dari batu marmer serta jubin import dari Turki, yang disempurnakan dengan marmer putih yang dihiasi kaligrafi ayat ayat suci Al Quran. Kubah: Kubahnya berwarna biru dan bergaris garis putih adalah corak tradisional dikelilingi oelh kaligrafi ayat ayat suci Al Quran. Kubah masjid ini tingginya 107 meter dan garis tengah kubah berukuran 52 meter. Menara: Untuk mengimbangi kemegahan kubah mesjid, dibangun empat menara disetiap penjuru bangunan mesjid. Ketinggian menara mencapai 460 kaki dan merupakan menara mesjid kedua tertinggi didunia. Tempat Berwudhu: Di mesjid ini tersedia 560 tempat berwudhu. Ruang Shalat Utama: Masjid ini mampu menampung 24.000 jamaah. Ada dua ruang shalat utama, yaitu lantai satu untuk jamaah laki laki dan lantai dua untuk jamaah perempuan. Kesejukan udara dapat dirasakan berhembus dari 24 kipas angin tegak sehingga menambah kekhusyukan para jamaah dalam beribadah mendekatkan diri kepada sang maha pencipta. Sumber: Brosur Pariwisata Masjid Sultan Salahuiddin Abdul Aziz Shah Sumber Foto: Koleksi Pribadi dan rizarahmi. blogdetik.com, sosbudkompasiana.com

Dinner with the Former Prime Minister of Malaysia Dr. Mahathir Mohammad

Kantor kami di Makassar mendapat undangan menghadiri Book Expo 1Malaysia dan International Book Conference di Kuala Lumpur Malaysia dari Yayasan Pembangunan Buku Negara (YPBN). Tempat pelaksanaan acara di Putra World Trade Centre (PWTC) di Kuala Lumpur. Selain itu, juga diundang dari Yayasan I LA GALIGO yang khusus membawa serta beberapa naskah kuno I LA GALIGO dan beberapa dosen dari Universitas Hasanuddin. Diantara sekian banyak kantor Perpustakaan dan Arsip yang ada di Indonesia kamilah satu satunya yang mendapat undangan khusus untuk berpartisipasi dalam acara ini. Dari lembaga kami, saya bersama dua orang teman lainnya diutus untuk menghadiri acara tersebut. Pelaksanaan Expo dan Konferensi berlangsung dari tanggal 1 sampai 6 Februari 2012. Pembawa makalah pada konferensi berasal dari beberapa negara diantaranya Inggris, Mesir, Singapura, Indonesia dan Malaysia.

 

Pelaksanaan konferensi buku internasional dari jam 8 pagi sampai jam 8 malam. Di lantai dasar PWTC berlangsung Pameran Buku (Book Expo). Pada tanggal 4 Februari setelah acara konferensi berlangsung, dilanjutkan dengan acara Penyerahan Anugerah Buku Negara bagi penerbit, pengarang, pengedar (distributor) dan pemerhati masalah perbukuan di Malaysia. Kami bertiga mendapat undangan dinner (makan malam) yang akan dihadiri oleh Yang Amat Berbahagia (YABhg) Datin Paduka Seri Rosma Mansor, istri Perdana Menteri Malaysia dan juga Dr. Mahathir Mohammad, mantan Perdana Menteri Malaysia. Dari hotel Anum tempat kami menginap kami berjalan kaki sekitar tigaratus meter ke PWTC. Acara sudah hampir dimulai dan diisi dengan hiburan musik dan nyanyian Melayu oleh para artis artis Malaysia. Tempat acara Dinner adalah di Dewan Merdeka PWTC, semacam Aula besar dilantai dua gedung PWTC. Didalam ruangan berjajar rapi meja meja bundar yang sudah terisi nomor diatasnya untuk menentukan tempat duduk para undangan. Setiap meja terdapat 10 kursi dan tidak semua kursi terisi penuh. Kami duduk semeja dengan dua orang dari Malaysia, dua orang dari Pakistan dan kami bertiga dari Makassar.

 

Hidangan makanan selama acara berlangsung dikeluarkan satu persatu, ada 9 macam hidangan yang disajikan. Masing masing meja dilayani oleh seorang pramusaji. Meskipun berasal dari negeri serumpun, tapi ada beberapa hidangan yang terasa aneh dilidah. Hidangan pertamanya adalah “Putrade Cold and Warm Appetizer Combination”, disusul dengan “Seafood soup Crabmeat” (sup kepiting), kemudian “Roasted Chicken with Shallot Sauce” (ayam panggang), “Steamed Seabass with Assam Sauce”, “Black Pepper Prawns with Capsicum”, Broccoli and Cauliflower in Scallop Sauce”, “Fragrant ‘Yong Chow’ Fried Rice” (Nasi goreng), “Sweetened Gingko Nuts with Snow Fungus” sebagai hidangan penutup dan terakhir “Chinese Tea” yaitu the china yang selalu ada kalau kita makan direstoran china. Karena alasan kesehatan, tidak semua hidangan itu saya nikmati. Ada yang hanya sekedar mencicipinya saja. Rekan saya Yuniarsi , malah lebih banyak lagi yang tidak dicobanya.

 

Pada saat Istri PM Malaysia dan mantan PM Malaysia Dr. Mahathir Mohammad memberikan kata sambutan, tidak ada kegiatan makan makan, semua menyimak isi pidato, dan sekali-sekali bertepuk tangan.

 

Selesai acara, kami sempat berjabat tangan dan berbincang sebentar dengan YABhg Datin Paduka Seri Rosma Mansor. Sewaktu kami menyebut kota asal Makassar, beliau lansung berkata, “kampungnya Datuk ya?” yang dimaksud adalah Tun Najib, Perdana Menteri Malaysia sekarang. Ayah dari Tun Najib juga adalah Tun Abdul Razak, juga adalah mantan PM Malaysia. Atasan saya Drs. H. A.A. Saransi sempat berfoto bersama beliau. Dipintu keluar, kami memamerkan beberapa naskah kuno Bugis dan beliau juga sempat melihat lihat dan bertanya tanya soal bagaimana asal usul naskah Lontara dan bagaimana pelestariannya. Datin Paduka Seri Rosma Mansor orangnya sangat bersahaja namun anggun dan smart, serta sangat fasih berbahasa Inggris. Meskipun beliau seorang istri Perdana Menteri, namun pengamanan protokolernya sama sekali tidak ketat sebagaimana istri istri pejabat di Indonesia. Di Indonesia, tak pernah sekalipun saya bersantap malam dengan pejabat bahkan yang setingkat Gubernur atau Bupati pun belum pernah. Di Kuala Lumpur, kami bisa bertemu dan dinner bersama Dr. Mahathir Mohammad, berjabatangan dan berbincang-bincang dengan Ibu negara YABhg Datin Paduka Seri Rosmah Mansor. Suatu pengalaman yang tak terlupakan. Sumber foto: koleksi pribadi dan foto dari Pak Abu Hanifiah

Takalar Kini dan Esok, Paradigma Baru Bupati Zainal

Buku : Takalar Kini & Esok, Paradigma Baru Bupati Zainal Editor : Andi Wanua Tangke dan Usman Nukma Penerbit : Pustaka Refleksi Te...

Popular Posts