Makassar, Senin 15 Juni 1953

Beberapa hari yang lalu saya menerima koran tua dari saudara sayang yang menemukannya dicelah celah kayu lemari peninggalan orangtua. Ada koran Pedoman Rakjat, Suara Merdeka, Kedaulatan, dan Suara Marhaen. Yang saya ketahui pasti terbitan lokal adalah Pedoman Rakyat, yang lainnya kemungkinan terbitan nasional. Saya gembira dan penasaran untuk mengetahui apa dan bagaimana berita koran tersebut hampir 60 tahun lalu. Saya kemudian memilih Pedoman Rakjat, karena koran itulah yang akrab ditelinga saya, dan bahkan masih sempat saya baca diera 1980-an sampai awal 1990-an. Sepupu saya pernah menjadi wartawan dikoran ini sebelum koran ini berhenti terbit.
Berita apa saja yang ada dikoran Pedoman Rakyat yang terbit pada hari Senin tanggal 15 Juni 1953?

Pertama tama, koran ini hanya terdiri dari 4 halaman. Halaman pertama terdapat berita utama. Berita lainnya ada di halaman kedua, dan halaman 3 hanya iklan, begitu juga halaman 4 hanya iklan saja. Slogan koran tua ini adalah “Pedoman Rakjat, Suara Merdeka Untuk Ke Adilan Sosial”. Berita utamanya adalah bagaimana gerombolan bertempur dengan gerombolan lainnya ditengah tengah persiapan menjelang hari raya Idul Fitri. Judul beritanya, “Tjara2 Makassar menjambut hari Lebaran, Suara takbir diselingi suara2 tembakan, Penduduk dibeberapa bagian kota menjingkir, karena gerombolan bertempur dengan gerombolan?” Isi beritanya tentang rentetan suara tembakan selama beberapa malam menjelang lebaran. Juga diberitakan tentang Hari Raya Idulfitri 1372 H. yang dilaksanakan di Lapangan Karebosi yang dihadiri sekitar 20.000 jemaah. Tulisan dikoran ini masih menggunakan ejaan lama dan masih banyak menggunakan kosa kata bahasa Belanda. Misalnya pada kolom kedua dan ketiga pada halam pertama: ‘selama minggu2 terachir ini seluruh Chinese Wijk kalau matahari terbenam merupakan kuburan sepi….dst.” Dikolom ketiga ada tulisan, ‘tjatatan kriminaliteit dalam kota Makassar…..dst.’ Membaca berita utama ini saya berkesimpulan bahwa pada waktu itu suasana belum aman. Masih sering terjadi pemberontakan, baik dari sipil maupun dari kalangan tentara sendiri.

Dibagian selatan dan timur Makassar yang pada masa itu masih kurang penduduk, masih sering terjadi penculikan dan penembakan. Masih di halaman pertama juga diberitakan tentang upacara peringatan hari kelahiran Pahlawan Sultan Hasanuddin satu hari sebelumnya yaitu tanggal 14 Juni 1953. Upacara berlangsung di makam Sultan Hasanuddin di Tamalate, Gowa, dihadiri oleh Bupati Abdul Razak, Major Saleh Lahade, Walikota Makassar Syahruddin. Malamnya diadakan pertunjukan sandiwara tentang cara hidupnya Sultan Hasanuddin, di Balai Pertemuan Masyarakat. Juga diadakan Pasar Malam Amal di Sungguminasa dan Makassar. Ternyata pada tahun 1950-an setiap tanggal 14 Juni diperingati sebagai Hari Pahlawan Sultan Hasanuddin. Entah sejak kapan peringatan itu tidak lagi dilaksanakan.

Karena masih suasana lebaran waktu itu, banyak iklan ucapan selamat Idul fitri, misalnya, dari toko “AN LOK” di Jalan Belanda 28, Makassar. Ucapannya berbunyi, “Dengan djalan ini, kita mengutjap Selamat Hari Raya Aidil Fitri 1 Sjawal 1372 kepada sekalian langganan, sahabat dan kenalan kaum Muslimin”. Ada juga dari toko “HAP LIE” di Jalan Kemah no. 33, Tilp. 382. Adapula ucapan Idul Fitri dari R. Saleh Sastranegara, Kepala Polisi Provinsi Sulawesi. Yang menjadi pertanyaan saya, apakah nama nama jalan itu sekarang? Karena sudah lebih 20 tahun saya menetap di Makassar, tidak pernah mengetahui dimana letak nama jalan seperti Jl. Kemah, Jl. Belanda, Jl. Walikota, Jl. Maciniayo, Jl. Gowa Utara, Jl. Polongbangkeng dll. Nama nama jalan itu tertera pada iklan iklan perusahaan yang ada pada halaman 3 dan 4. Pada halaman 1 juga ada berita olahraga, yaitu kedatangan Kesebelasan Philipina yang akan memainkan laga persahabatan dengan kesebelasan di Indonesia. Berita dilengkapi dengan foto kesebelasan Philipina saat tiba di Jakarta. Judul beritanya, “Ke XI Pilipina Digulingkan oleh Tjimahi dan Bogor, Masing2 dengan 4-2 dan 5-1”. Sayang sekali tidak disebutkan nama nama pemain dari kesebelasan tuan rumah. Kalau saja pertandingan dilaksanakan di Makassar, kemungkinan nama Ramang akan disebut, karena kalau tidak salah, tahun 1950-an adalah masa keemasan Ramang, pemain Sepakbola Indonesia asal Makassar, yang pernah membela Indonesia di Olimpiade 1956 di Melbourne Australia.

Pada halaman kedua ada berita politik dengan judul, “Pres-Ali bitjarakan soal kabinet: PSI-Masjumi tjotjok kalau Ali Formateur”. Yang dimaksudkan adalah Dubes RI di AS Mr. Ali Sastroamidjojo bertemu dengan Presiden Soekarno dan membicarakan tentang formateur. Menurut kabar, beliau dicalonkan menjadi Perdana Menteri dan akan mendapat sambutan yang baik dikalangan PSI dan Masjumi. Masih di halaman dua, ada berita tentang Nyonya Rasuna Said yang terpilih menjadi ketua umum Panitia Penyelenggara Kongres Perdamaian Seluruh Indonesia. Yang paling menarik bagi saya adalah iklan film film yang diputar dibioskop bioskop di Makassar. Bagian atas iklan tertulis, “GABIMA MEMPERSEMBAHKAN HARI INI”. Gabima adalah singkatan dari Gabungan Bioskop Makassar”. Di iklan tersebut ada 8 bioskop disebutkan tapi dihalaman lain, juga ada beberapa nama bioskop lainnya, seperti, Bioskop Nam Seng Theatre, dan Bioskop Shanghai Theatre.

Di Bioskop CAPITOL diputar film “Jiwa Lara” untuk 17 tahun keatas dimainkan oleh Osman Gumanti dan Rukiah. Di Bioskop CITY, diputar film Hollywood dengan judul “The Barefoot Mailman”. Pemainnya, Robert Cummings, Terry Moore, Jerome Courtland. Ada juga Bioskop EMPRESS yang memutar film “Main2 Djadi Sungguhan” dengan pemeran Rd. Mochtar dan Netty Herawati. Film “Antara Senjum dan Tangis” yang dimainkan oleh P. Ramlee dan Rukiah diputar di Bioskop MURNI hari itu. Film Hollywood lainnya yang diputar di Bioskop SAMPURNA adalah “King of Jungleland” dengan pemeran Clyde Beatty dan Manuel King. Bioskop SIRENE memutar film yang sama dengan yang diputar di bioskop CAPITOL yaitu film “Jiwa Lara”. Film “Dewi Murni” diputar di bioskop SULAWESI dengan aktor Osman Gumanti dan Kasma Booty. Terakhir bioskop TAMAN GEMBIRA memutar film yang sama dengan yang diputar di bioskop MURNI yaitu film “Antara Senjum dan Tangis”. Menarik jika kita menyimak nama nama aktor Indonesia diera 1950-an. Aktor Usman Gumanti dan Rukiah masing masing bermain didua film. Osman Gumanti main dalam film JIWA LARA dan DEWI MURNI, sedangkan Rukiah main difilm JIWA LARA dan ANTARA SENJUM DAN TANGIS. Saya yakin, mereka adalah aktor terkenal dizaman itu, meskipun jarang disebut sebut oleh media. Nama Rd. Mochtar dan Netty Herawati masih kadang kadang saya dengar disebut diera 1980an tapi Kasma Booty? Tak pernah sama sekali terlintas dipikiran saya, siapa sebenarnya bintang film ini. Namanya seperti nama bintang film India. Kalau P. Ramlee yang saya ingat adalah bintang film dari Malaysia. Atau aktor Indonesia yang terkenal di Malaysia? Entahlah. Mungkin jawabannya ada di ….GOOGLE….. Saya akan mencari gambar aktor aktor itu. (Gambar: Koleksi Pribadi)

Jogging dari Coogee Beach ke Bondi Beach

Kota metropolitan Sydney di Australia termasuk kota yang memanjakan orang orang yang suka jalan kaki dan jogging. Di Sydney terdapat banyak taman yang ada track khusus untuk jalan atau jogging. Ada Centennial Park yang sangat luas, ada Moore park, ada Hyde Park, Cook and Philip Park, Belmore Park, Royal Botanical garden, Wentworth park, the Domain dan masih banyak lagi. Selama tinggal disana hampir tiga tahun, saya banyak menjelajahi tempat jogging tersebut, terkadang bersama teman Indonesia, kadang sama teman seapartemen dari negara lain dan kadang sendirian.

Salah satu track jogging yang saya paling sukai adalah dari Kingsford ke Coogee beach dan dari Coogee menyusuri tepian pantai yang indah sampai ke Bondi beach. Jaraknya kurang lebih 10 km. Cukup jauh, tapi karena pemandangannya indah, maka tidak terasa jauhnya. Biasanya setelah sampai di Bondi beach, saya dan teman menyempatkan diri fitness ditepian pantai. Ada tempat fitnes outdoor (diluar ruangan) yang terbuka untuk siapa saja yang mau latihan. Dari Pantai Bondi kami akan naik bus pulang ke Kingsford.
Pantai Bondi, Sydney
Dari Kingsford ke Coogee biasanya kami jalan kaki saja, soalnya jalannya agak menanjak. Setelah di Coogee baru kami jogging. Ada track khusus jogging dan jalan kaki dibangun dari Coogee ke Bondi menelusuri pinggir pantai dan bisa melihat langsung samudra Pacifik. Di Coogee ini ada sebuah monumen peringatan Bom Bali 1. Dari Coogee melewati Gordon Bay, sebuah teluk kecil yang rimbun yang biasa digunakan untuk scuba diving dan snorkeling. Kemudian ada pendakian berupa tangga yang cukup lebar. Kami juga melewati sebuah lapangan Lawn Ball, olahraga yang kalau saya amati hanya dimainkan oleh orang orang tua 50 tahun keatas dan selalu dengan pakaian serba putih.

Kemudian ada pantai Clovely yang sangat indah dan cocok untuk wisata keluarga. Disini ada kolam renang yang menyatu dengan laut. Dengan kata lain, air kolam adalah air laut juga, hanya didalam kolam. Selanjutnya ada Waverley Cemetery atau pekuburan Waverley dimana banyak orang terkenal Australia dimakamkan disini. Juga ada Bronte beach dan pantai kecil Tamarama. Pantai Tamarama ini tidak dianjurkan untuk berenang karena ombaknya kuat dan penuh batu karang yang tajam. Ada juga McKenzie Point dimana kita dapat menyaksikan sebuah karya seni Aborigin berupa pahatan bentuk ikan sebelum sampai ke tujuan akhir yaitu pantai Bondi. Kalau kita jogging pada musim dingin maka disepanjang pantai yang dilewati seringkali terlihat ikan paus yang sedang mencari perairan yang hangat. Bondi beach sangat terkenal karena sering menjadi tempat pelaksanaan kompetisi bola volli pantai, termasuk saat Olimpiade musim panas tahun 2000 lalu di Sydney. Saya masih ingat diujung pantai Bondi ada penjual es krim bermobil van, yang kalau kami beli teman yang lain pasti berkomentar, “loh habis jogging 10 km, langsung makan es krim…..wah bisa bisa berat badan ga turun turun nih..” (Sumber Gambar: Sydney-Australia.biz, worldofstock.com)

Obat Batuk Herbal Tradisional

Indonesia kaya akan tanaman yang berkhasiat sebagai obat. Orang Indonesia sudah sejak zaman dulu kala sudah menjadikan herbal sebagai obat obatan untuk berbagai macam penyakit. Ada beberapa tanaman yang dapat mengobati penyakit batuk antara lain: 1. Wortel (daucus carota). Cara pemakaian: wortel diparut kemudian diperas dengan air panas hingga ¾ gelas, diminum 2x sehari. 2. Mengkudu (morinda citrifolia). Buah mengkudu dan jeruk nipis diperas dimasukkan ke dalam 2 gelas air panas, lalu disaring untuk diminum 3x sehari. 3. Jahe (zingiber officinale). Jahe dibakar dan dimemarkan, direbus bersama adas, kayumanis, cengkeh dan gula aren. Setelah disaring, dapat diminum 3x sehari 4 sendok makan untuk dewasa, dan 3x sehari 2 sendok makan untuk anak anak. 4. Jeruk Nipis (Citrus Aurantifolia). Air perasan jeruk nipis ditambah madu. 5. Lidah buaya (Aloe vera). Empulur lidahbuaya dipotong kecil kecil kemudian dicampur dengan madu. Diminum 3x sehari 1 sendok teh.
6. Saga (abrus precatorius). Daun saga manis bersama kayumanis, cengkeh, adas, pulasari dan bawang merah serta gula batu, direbus, diminum 3x sehari 10 sendok makan untuk dewasa dan 1 sendok makan untuk anak anak.
7. Sembung (Blumea Balsamifera). Daun sembung dan daun jinten diiris iris direbus bersama cengkeh, kemukus, kapulaga, kayumanis dan adas sebanyak 3 gelas hingga tinggal 2½ gelas diminum 3x sehari 8 sendok makan untuk dewasa, 1 – 5 sendok makan untuk anak anak.
8. Sirih (piper betle). Daun sirih 5 lembar bersama cengkeh, kapulaga, kemukus dan kayumanis direbus. Diminum 3x sehari 8 sendok makan untuk dewasa dan 1 – 5 sendok makan untuk anak anak. 9. Belimbing wuluh (Averrhoa bilimbi). Segemgam bunga belimbing ditambah gula batudirebus dengan segelas air hingga tinggal ½ gelas diminum pagi dan sore.
10. Meniran (Phillanthus niruri). 3-4 tumbuhan lengkap ditumbuk halus direbus dengan 3 sendok makan air. Rebusannya dicampur madu 1 sendok makan, diminum sekaligus. 11. Kencur (Kaempheria galanga). Kencur dikunyah. (Tulisan ini disarikan dari Majalah INTISARI edisi April 2001) Sumber gambar: dhewacrimson.blogspot.com, herbalsehatindonesia.blogspot.com dan dari web lainnya.

Celoteh Bocah di Kereta Malam (Melbourne - Sydney)

Pada hari Sabtu tanggal 17 januari 2004, saya dan seorang teman mahasiswa dari Indonesia bernama Sandy melakukan perjalanan naik kereta dari Melbourne ke Sydney. Waktu itu kami liburan musim panas (summer break). Kami kuliah di UNSW Sydney, waktu itu dan memutuskan untuk jalan jalan ke Melbourne. Kebetulan saya mengenal beberapa teman mahasiswa Indonesia yang kuliah di Melbourne. Saat liburan musim panas tiba, saya dan Sandy sepakat untuk traveling ke Melbourne. Saat berangkat kami naik pesawat, dan untuk menghemat, pulangnya naik kereta saja. Setelah berwisata selama 3 hari di negara bagian Victoria dengan mengunjungi berbagai objek wisata seperti: Philip Island, Great Ocean Road, Museum, kampus University of Melbourne, Tugu pahlawan, Botanical Garden dll. Juga sempat berkunjung ke apartemen teman teman mahasiswa asal Indonesia.
Perjalanan pulang dari Melbourne ke Sydney bermula dari Stasiun kereta “Spencer Station” sekitar jam 6 sore. Karena musim panas, biasanya jam 8 baru terbenam matahari. Jam 7.15 sore, kereta berangkat dari Spencer Station, mengawali perjalanan panjang 12 jam sepanjang malam dari Melbourne ke Sydney. Saya dan Sandy duduk berdampingan dan didepan kami menempati dua baris tempat duduk, tiga anak anak laki-laki bule Australia yang berumur sekitar 4 – 5 tahun. Dari pembicaraan mereka saya bisa mengetahui nama dua orang anak, yaitu Troy dan Michael. Percakapan mereka menarik perhatian saya. Dengan bahasa Inggris Australi yang khas, mereka mendiskusikan berbagai macam topik. Mereka berasal dari dua keluarga yang berbeda. Dua anak yang pas didepanku, bersaudara dan ibunya duduk diseberangnya, diantarai oleh lorong kereta. Didepannya lagi seorang anak dari penumpang lainnya, selalu menghadap kebelakang supaya bisa berdiskusi dengan kedua anak yang didepanku. Diawal perjalanan, mereka saling bercerita tentang anjing peliharaan mereka, tentang kecerdikan anjing mereka masing masing. Ada yang mengatakan, “Anjing saya sudah bisa mengambil koran yang ada dihalaman rumah loh”. Yang lain menimpali, “Anjingku bisa duduk kalau diperintah.” Topik lainnya yang mereka bicarakan adalah tentang vegetarian. Anak yang didepan mengatakan bahwa kalau dia besar nanti akan menjadi vegetarian. Saya agak heran, karena anak anak yang masih berumur 4 atau 5 tahun tapi sepertinya mengerti betul apa yang disebut vegetarian. Pembicaraan mereka juga tentang bagaimana kereta yang baik, fasilitas apa saja yang mestinya disediakan dan lain lain. Tentang Xena (film serial tentang perempuan jagoan yang juga pernah disiarkan di Indonesia) juga mereka perbincangkan sebelum mereka turun di daerah Wagga Wagga, sekitar jam 12.15.
Sejak turunya bocah bocah itu, perjalanan malam itu jadi agak sunyi. Hanya deru roda kereta yang terdengar. Saya yang belum mengantuk jadi berpikir, betapa bedanya antara anak anak Indonesia dengan anak anak Australia. Mungkin karena sistem pendidikannya yang berbeda, atau pola pengasuhan, entahlah. Saya hanya berharap suatu saat nanti mutu pendidikan kita di Indonesia sama dan setara dengan pendidikan dinegara maju, seperti Australia. Saat sebagian besar penumpan tidur, saya banyak berpikir, termasuk tentang tranportasi kereta di Australia yang begitu lancar, nyaman, manusiawi dan sangat terjangkau. Sisa sisa malam berlalu dengan melewati berbagai kota, bermula dari Melbourne, Valla, Wangaratta, High Point, Albury, Culcairn, Wagga Wagga, Cootamurra, Hardyn, Goulburn, Mossvale, Bankstown dan akhirnya Sydney. Sejak dari Wagga Wagga, tempat turunnya kedua bocah “cerewet” itu suasana kereta jadi sepi, kecuali dua orang penumpang dibelakang saya yang bercakap dalam bahasa Mandarin, mulai dari Melbourne sampai Sydney. Kami tiba di Central Station di Sydney sekitar pukul 6 pagi. Perjalanan yang menyenangkan….... (Sumber gambar dari Web dan telegraph.co.uk)

Wisata Kebun Bonto Marannu, GOWA

Beberapa hari lalu, kami sekeluarga pergi berwisata kebun di tempat “Wisata Kebun” Bonto Marannu, Gowa. Sebenarnya sudah lama saya ketahui adanya tempat wisata kebun tersebut, karena ketika anakku penammatan disekolahnya, pihak sekolah membawanya ke tempat wisata tersebut. Saya tidak ikut waktu itu, tetapi istri yang menemani anakku. Yang saya ketahui satu satunya tempat wisata kebun yang ada di sekitar Makassar dan Gowa. Lokasi wisata kebun tersebut tidak jauh dari rumahku, perkiraanku hanya sekitar 7 atau 8 km saja. Lokasi tepatnya ada di desa Pakatto, Kecamatan Bonto Marannu, Kabupaten Gowa. Tempatnya agak tersembunyi. Kalau kita dari arah Makassar atau Sungguminasa menuju Malino, setelah melewati Kampus Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin (bekas Pabrik Kertas Gowa), melewati satu jembatan kecil maka disebelah kiri akan terlihat papan nama bertuliskan “WISATA KEBUN”. Kemudian kita akan memasuki jalan masuk yang agak sempit yang berdinding tembok kiri dan kanannya. Karena sempit, makanya hanya satu mobil yang bisa masuk, tidak bisa berpapasan dua mobil. Dari jalan poros hanya sekira 50 – 70 meter kita sudah bisa melihat rimbunan pohon. Ditempat parkir kita bisa membeli karcis masuk yang cukup murah, yaitu Rp.15.000 kalau hari biasa (Senin – Sabtu) dan Rp.25.000 kalau hari Minggu dan hari Raya. Anak anak dibawa 2 tahun tidak dikenakan karcis.
Memasuki tempat wisata, kita disambut dengan rimbunan pepohonan baik pohon buah maupun sekedar pohon pelindung. Ada pohon mangga, pepaya, jeruk, jambu, durian, rambutan, delima dan juga warna warni bunga kembang kertas (bougenville), adenium, dan jenis lainnya. Juga ada patung patung hewan. Juga ada jajaran Gazebo ditepi kolam ikan. Dibawa rimbunnya pohon, ada kursi dan meja yang bisa dipakai untuk makan makan kalau misalnya kita membawa bekal dari rumah. Gazebo itu juga bisa ditempati duduk menikmati alam terbuka. Fasilitas yang disediakan disini, antara lain, kolam renang dewasa yang berukuran kira kira 25x10 meter dan dalamnya hanya 1,6 meter. Ada juga kolam untuk anak anak yang dangkal dan ada atapnya sehingga kita tidak khawatir anak anak kepanasan. Ada juga tempat mandi bilas dan toilet. Tersedia pula kolam pemancingan ikan. Alat pancingnya dapat disewa, dan ikan yang ditangkap bisa dibawa pulang dengan harga sekitar Rp. 30.000 – Rp.40.000 perkilo. Disediakan pula arena bermain anak anak semacam TimeZone di mall. Bagi anak anak dan remaja yang ingin keliling kebun dengan kendaraan Motor roda 4 juga bisa menyewa. Ada juga restoran dan aula tempat pertemuan yang menurut petugas disitu, bisa menampung sekitar 100 undangan. Bahkan kalau mau menginap, juga tersedia penginapan.
Menurut salah seorang pegawainya tempat Wisata ini sebenarnya awalnya hanya tempat peristirahatan bagi pemilik dan keluarganya serta stafnya, tapi kemudian dibuka untuk umum sejak 2008 lalu. Mungkin karena tempatnya agak tersembunyi dan area kebunnya tidak begitu luas, sehingga kurang dikenal oleh masyarakat Gowa maupun Makassar. Tapi bagi anda yang ingin menikmati suasana keteduhan alam dan rimbunnya pepohonan, bisa berkunjung kesini bersama keluarga. Harga tiket masuknya murah dan jaraknya cukup dekat dari Makassar dan Sungguminasa. (Gambar: Koleksi Pribadi)

Kisah Benno (Popcorn) Cemilan Kesukaanku....

Jagung letup atau lebih dikenal dengan istilah Popcorn (Bahasa Inggris), Benno’ (Bugis), Lappo’ (Makassar) termasuk makanan cemilan favorit saya saat masih kanak kanak di kampung dan bahkan saampai sekarang. Semasa kecil dulu dikampung, saya dan teman teman kalau ingin menikmati jagung letup, kalau bukan hari pasar, kami akan membuat sendiri dengan cara mengaduk aduk jagung dalam sekam panas. Proses pembuatan jagung letup ini disebut “maggoce”. Kami mengumpulkan sekam dari tempat penggilingan padi, kemudian membuatnya seperti gunungan kecil, lalu membakar bagian bawahnya. Setelah terjadi pembaraan, lalu dibuatkan semacam liang kecil sebagai tempat pembuatan jagung letup. Jagungnya harus selalu diaduk. Tidak berapa lama, jagung berubah menjadi jagung letup alias ‘benno’ putih melompat keluar dari sekam. Tangan harus lincah mengeluarkan jagung letup dari sekam, karena kalau agak terlambat bisa hangus.
Kalau dipasar dikampungku dulu, setiap hari pasar yaitu Minggu, Rabu dan Jumat ibuku selalu membelikan saya dipasar. Biasanya dibungkus dengan plastik transparan lalu kemudian ujung plastiknya direkatkan dengan cara dibakar. Perkembangan selanjutnya penjual jagung Letup hanya menggunakan plastik kresek sebagai pembungkusnya. Proses pembuatannya jagung letup menggunakan tabung besar, yang ukurannya sekira kira sebesar tabung gas LPG 3 kg. Mula mula biji jagung kering dimasukkan ke mulut tabung dengan ukuran tertentu, kemudian lubang tabung ditutup erat dan kemudian tabung itu dibakar atau dipanggang dengan api dari kompor minyak sambil tabungnya diputar terus menerus. Setelah 15 – 30 menit (saya tidak tahu persis berapa lama) maka tabung akan diturunkan dari kompor dan kemudian penutupnya dibuka. Nah, pada saat penutup tabung ini dibuka akan terdengar suara ledakan yang cukup besar kalau kita berada dalam radius 10-20 meter. Bersamaan dengan suara ledakan itu, berhamburan pula jagung letup berwarna putih dari mulut tabung. Saat jagung letupnya masih panas dan hangat, sipenjual segera membungkusnya perliter, atau per ½ liter. Masih kuingat saat hari pasar, meskipun saya dirumah, yang berjarak sekitar satu kilometer dari pasar, ledakan tabung pembuat jagung letup itu masih saja terdengar. Sekarang ini diera lebih moderen, begitu banyak alat elektronik ataupun alat masak biasa pembuat jagung letup. Kalau dirumah, istriku biasanya menggunakan panci anti lengket yg ukurannya agak besar, diolesi dengan sedkit mentega, masukkan biji jagungnya (di toko swalayan banyak dijual biji jagung khusus untuk dijadikan jagung letup) kemudian ditutup, tinggal tunggu beberapa menit jagungnya akan meletup letup semua. Tinggal memberi rasa yang disukai, misalnya rasa coklat, caramel, vanilla dll.
Lain lagi ceritanya saat saya tinggal di Australia, ada alat pembuat jagung letup elektronik yang ukurannya sedikit lebih kecil dari blender, cara pengoperasiannya gampang, tinggal masukkan jagung, sedikit mentega, dan gula kalau mau agak manis, colok kelistrik…beberapa menit kemudian jagung letup akan keluar sendiri kewadah yang telah disiapkan disamping Popcorn maker itu. Sungguh praktis. Tidak ada suara ledakan yang memekakan telinga, tidak ada asap dan kita bisa berkreasi dengan berbagai macam rasa. Di Mall juga seringkali kita lihat stand penjual jagungletup (popcorn) yang menjualnya dalam bungkus plastik atau wadah kertas persegi seperti yang ada di bioskop. Rasanya bermacam macam, ada rasa coklat, stroberi, vanilla dll. Kalau saya, yang paling enak adalah yang ‘plain’ tanpa rasa, kecuali rasa jagung itu sendiri. (Sumber Gambar: us-machine.com dan Simplyrecipes.com, foto milik Andi Rahmat Munawar)

Takalar Kini dan Esok, Paradigma Baru Bupati Zainal

Buku : Takalar Kini & Esok, Paradigma Baru Bupati Zainal Editor : Andi Wanua Tangke dan Usman Nukma Penerbit : Pustaka Refleksi Te...

Popular Posts