Floriade, Festival Bunga di Canberra, Australia

Floriade adalah salah atu festival bunga tahunan yang diselenggarakan di Canberra setiap tahun pada musim semi. Festival ini dilaksanakan di Commonwealth Park di Canberra ditepian danau Burley Griffith yang indah. Lebih dari satu dekade yang lalu, tepatnya tahun 2002, saya bersama rombongan mahasiswa University New South Wales, Australia berkunjung ke Festival ini. Kunjungan kami dikordinir oleh ISS (International Student Services) yaitu semacam lembaga kampus yang mengurusi para mahasiswa asing. Kami berangkat pagi pagi sekali dengan menggunakan bus besar. Sepanjang perjalanan kami juga singgah ditempat tempat tujuan wisata lainnya.
Floriade ini adalah semacam festival atau pameran bunga aneka warna yang diselingi juga aneka patung dan benda seni lainnya. Festival biasanya diselenggarakan pada musim semi di Australia yaitu September dan Oktober tiap tahun. Banyak sekali turis yang datang menyaksikan festival bunga ini, baik dari Australia sendiri maupun dari luar Australia. Floriade dianggap sebagai festival bunga terbesar dibelahan selatan bumi dengan jumlah pengunjung rata rata 300.000an tiap tahun. Festival ini dimulai sejak 1988 saat peringatan 75 tahun kota Canberra dan Dua abad (Bicentenary) pemukiman orang Eropa di Australia. Karena sangat terkenal sejak awal, akhirnya dirancang untuk diselenggarakan tiap tahun.
Persiapan Floriade sendiri sejak setahun sebelumnya, karena setiap kali penyelenggaraan, ada sekitar satu juta kuntum bunga berbagai jenis yang mekar. Pada saat kunjungan saya tahun 2002 lalu, bunga Tulip yang mendominasi. Persiapannya harus jauh jauh hari sebelumnya, karena jenis bunga dan warnanya harus dipetakan sedemikian rupa agar nampak indah kalau bunganya bermekaran.
Festival biasanya berlangsung selama sebulan. Setelah festival selesai, maka bunga bunga yang masih segar akan diserahkan lembaga sosial atau ke rumahsakit. Jika anda ingin berkunjung ke Canberra, usahakan sekitar bulan september – okbtober supaya dapat menyaksikan bunga bunga indah bermekaran di Commonwealth Park.
Disarikan dari berbagai sumber; wikipedia dan sumber lain, Gambar; koleksi pribadi dan beberapa gambar dari hasil pencarian di Google images.

Candi Prambanan (Candi Rara Jongrang) di Sleman, Yogyakarta

Pada tanggal 4 Juni 1013 lalu, saya dan teman teman berkunjung kesalah satu destinasi wisata di kota Yogyakarta, yaitu Candi Prambanan atau juga disebut dengan Candi Rara Jongrang (dibaca Roro Jongrang). Bagi saya pribadi, kunjungan kali ini adalah kunjungan kedua kali, karena pertama kali berkunjung kesini adalah pada tahun 1998. Pada waktu itu saya mengikuti Workshop disalah satu lembaga di Yogyakarta. Semua pengunjung diwajibkan mengenakan sarung sebelum memasuki kompleks candi.
Candi Prambanan adalah candi Hindu terbesar di Indonesia. Disebut Prambanan, karena lokasi candi ini ada di Kecamatan Prambanan, Sleman. Sedangkan Roro Jongrang dikaitkan dengan legenda Roro Jongrang yang ada dimasyarakat menyangkut kisah terciptanya candi ini. Berbeda dengan Candi Borobudur yang merupakan candi Buddha yang bentuknya melebar, candi ini adalah candi Hindu yang bentuknya menjulang tinggi dan ramping.
Candi ini cukup dekat dari kota Yogyakarta, sehingga jika kita berkunjung ke Yogyakarta, rasanya tidak afdol jika tidak berkunjung kesini. Jaraknya hanya sekitar 17 km dari Yogya, kalau di Yogyakarta menuju ke timur, ke Surakarta (Sala) lokasi candi ini dilewati. Kalau dari Surakarta jaraknya sekitar 50 km kearah barat daya, sedangkan dari Semarang sekitar 120 km. Lokasinya cukup istimewa karena berada di dua wilayah provinsi, karena lokasi bangunan candinya terletak di desa Bokoharjo, Sleman, Yogyakarta, sedangkan pintu masuknya terletak di desa Tlogo, kecamatan Prambanan, kabupaten Klaten (Jawa Tengah). Jadi Prambanan, adalah nama kecamatan di Sleman, dan juga nama kecamatan di Klaten.
Menurut para ahli sejarah, dari Prasasti Siwagrha diperoleh informasi bahwa candi Prambanan dibangun pada abad ke-9 yaitu tahun 850 Masehi oleh Raja Hindu pada masa Jawa kuno bernama Rakai Pikatan dan selanjutnya di kembangkan dan diperluas oleh Raja Balitung Maha Sambu pada masa kerajaan Medang Mataram. Tujuan pembangunan candi ini adalah sebagai persembahan kepada Trimurti, yaitu 3 dewa utama Hindu; Brahma sebagai dewa pencipta, Wishnu sebagai dewa pemelihara dan Siwa sebagai dewa pemusnah.
Ketika pengunjung memasuki kompleks candi dari pintu utama, maka kita akan melihat banyak sekali reruntuhan candi candi kecil dibagian dibagian luar kompleks candi utama. Ketiga candi utama adalah candi Brahma, candi Siwa dan candi Wishnu, dan didepan candi utama terdapat candi candi lain. Candi Siwa adalah candi yang terbesar diantara semua candi yang ada dikompleks candi ini karena konon, dewa Siwa-lah yang paling dimuliakan oleh umat Hindu pada masa itu. Candi Siwa tingginya menjulang 47 meter.
Nasib candi ini juga sama dengan Borobudur yang selama ratusan tahun juga ditinggalkan dan ditelantarkan. Pada abad ke-10 Masehi, ibukota kerajaan Medang Mataram dipindahkan ke Jawa Timur oleh raja Mpu Sendok yang mendirikan Wangsa Isyana. Diperkirakan, letusan Gunung Merapi yang menyebabkan sang raja memindahkan ibukota kerajaannya. Jarak gunung Merapi ke Candi Prambanan sekitar 20 km. Sejak perpindahan itu bangunan candi mulai tidak terawat dan mulai rusak dan sebagian runtuh. Letusan gunung dan gempa semakin memperparah kerusakan candi. Namun masyarakat disekitar candi masih tetap mengenali candi candi tersebut dan selama ratusan tahun kemudian dari arca Durga yang ada di kompleks candi ini mengilhami terciptanya dongeng atau legenda Rara Jongrang. Dikisahkan bahwa candi candi kecil yang reruntuhannya berserakah dibagian luar, dibangun oleh bangsa jin. Dalam dongeng dikatakan bahwa seharusnya 1000 candi yang harus dibangun dalam semalam oleh Bandung Bondowoso, sebagai persyaratan agar cintanya diterima oleh putri cantik Rara Jongrang. Tepat sebelum subuh saat jumlah candi yang dibangun mencapai 999, Rara Jongrang memerintahkan rakyatnya untuk melepas semua ayam dan membakar api seolah olah sudah pagi sehingga persyaratan itu tidak mampu dipenuhi oleh Bandung Bondowoso. Rara Jongrang sebenarnya tidak mau menerima pinangan Bandung Bondowoso sehingga memberikan persyaratan yang berat itu. Demikian legenda yang ada ditengah masyarakat dan sampai sekarang masih tetap dipercaya oleh sebagian masyarakat. Candi candi kecil yang reruntuhannya bisa dilihat dibagian luar jumlahnya hanya 240 candi, bukan 999 sebagaimana legendanya.
Lalu sejak kapan, candi Prambanan dipugar dan akhirnya seperti yang dilihat sekarag ini? Kembali lagi, sebagaimana candi Borobudur, orang Belanda jugalah yang pertama menemukan kembali candi Prambanan dan berinisiatif memugarnya dan merekonstruksinya sebagaimana aslinya. Pada tahun 1733, orang Belanda yang bernama C.A. Lons menemukan kembali candi ini dan mengumumkan kepada dunia. Pada masa penjajahan kerajaan Inggris raya dibawa Perintah Thomas Stanford Raffless, memerintahkan seorang surveyor bernama Colin Mackenzie untuk menyelidiki lebih lanjut keadaan candi ini. Selanjutnya selama pemerintahan Belanda, candi ini terus menerus dibersihkan, dipugar, direkonstruksi sesuai aslinya. Candi Siwa selesai dipugar dan diresmikan pada tahun 1953 oleh Presiden Pertama RI, Ir. Soekarno. Nasib batu batu candi Prambanan juga sama dengan candi Borobudur, banyak dijarah dan dicuri, baik orang dalam negeri maupun dari negara luar. Candi Prambanan sudah mulai dilindungi oleh UNESCO dan masuk sebagai Situs Warisan Budaya Dunia sejak 1991. Gempa besar yang melanda Yogyakarta tahun 2006 lalu juga sempat meruntuhkan beberapa bagian candi, namun kini sudah direnovasi kembali seperti semula. Kompleks candi ini, selain sebagai tempat tujuan wisata yang terkenal, juga sering dijadikan tempat pementasan drama sendratari Ramayana. Saat ini candi Prambanan, Candi borobudur dan candi Ratu Boko serta candi candi kecil lainnya dikelola oleh sebuah perusaan negara Persero yaitu PT. Taman Wisata Candi Borobudur, Prambanan dan ratu Boko. Setiap hari candi ini ramai dikunjungi oleh turis, baik turis lokal maupun mancanegara. Disekitar candi terutama setelah kita melewati pintu keluar, banyak berjejer toko penjual suvenir dan juga food court (tempat makan/ resto dan warung) tradisional maupun modern. (Disarikan dari berbagai sumber: wikipedia.org. Foto, koleksi pribadi dan famouswonder.com, travwall.com)

Takalar Kini dan Esok, Paradigma Baru Bupati Zainal

Buku : Takalar Kini & Esok, Paradigma Baru Bupati Zainal Editor : Andi Wanua Tangke dan Usman Nukma Penerbit : Pustaka Refleksi Te...

Popular Posts