Pelatihan Transformasi Layanan Perpustakaan Berbasis Inklusi Sosial


Ibu Deputi PNRI
Baru sebulan lebih saya pindah tugas ke Perpustakaan, ketika pada suatu pagi, atasan saya meminta saya untuk mengikuti pendidikan dan pelatihan di Jakarta. Awalnya saya ragu. Saya merasa tidak banyak tahu soal perpustakaan, dan diklat yang akan saya ikuti adalah diklat perpustakaan. Meskipun saya pernah bekerja paruh waktu (parttime) di perpustakaan kampus UNSW saat masih tinggal di Sydney, tapi itu kan dulu. Ketika saya bertanya kepada atasan saya, apakah pelatihan tersebut mengharuskan pesertanya Pustakawan, atau tidak perlu, dan jawabannya tidak perlu, saya pun mengiyakan. Tapi kembali saya agak ragu ketika disebutkan lamanya diklat adalah 5-6 hari. Wah, kayaknya terlalu lama saya harus tinggalkan bocah bocahku dirumah. Tapi kemudian saya berpikir, saya harus menambah wawasan saya tentang perpustakaan. Akhirnya saya dan seorang teman kantor lainnya mengisi semua dokumen dokumen yang dikirim baik lewat aplikasi WA maupun lewat E-mail.

Senin pagi dengan menggunakan Grab (taxi online) milik dengan driver tetangga sendiri, saya menuju bandara Sultan Hasanuddin. Di Bandara saya bertemu peserta lainnya dari Sulawesi Selatan. 3 kabupaten di Sulawesi Selatan (Bone, Soppeng dan Maros) masing masing mengikutkan 2 orang peserta serta kami dua orang utusan dari Provinsi. Jadi dari Sulawesi Selatan mengirim 8 orang peserta untuk mengikuti pelatihan ini. Pelatihan ini adalah Transformasi Layanan Perpustakaan Berbasis Inklusi Sosial 2019 di selenggarakan oleh Perpustakaan Nasional RI bekerja sama dengan MarkPlus.Inc., bertempat di Swiss Bel Hotel di kawasan Mangga Besar, Jakarta mulai 8 – 13 April 2019. 
Suasanan Pembukaan Pelatihan

Di Bandara Soekarno Hatta, kami para peserta dijemput oleh panitia. Panitia cukup pro aktif dalam melaksanakan tugasnya, karena sejak kami masih di daerah, sudah diberi informasi tentang siapa yang akan menjemput dan jam berapa akan dijemput. Dari Bandara kami dijemput dengan menggunakan minibus oleh panitia, dan dalam bus kami bertemu dengan berbagai peserta dari berbagai provinsi Indonesia. 

Tiba dihotel sudah lewat tengah hari, kami langsung disambut panitia didepan ruang Ballroom Swiss Bel Hotel tempat pembukaan pelatihan. Kamipun segera registrasi dan menyelesaikan segala urusan pelatihan yang akan dilaksanakan selama 5 hari. Registrasi, makan siang, mendapatkan segala perlengkapan dan kunci kamar hotel. Saya termasuk peserta yang lama baru mendapatkan kamar sendiri. Terpaksa saya masih harus duduk duduk dimeja depan registrasi. Untung masih ada welcome drink dan kue kue tersedia di meja. Akhirnya saya mendapatkan juga kamar saya yang akan saya huni selama pelatihan berlangsung 5 hari. Dan ternyata, saya hanya sendirian dikamar, tidak seperti peserta lainnya yang berdua. Mungkin karena ada peserta yang tidak datang, karena ketinggalan pesawat, menurut panitia. 
Suasana belajar diruangan Hotel Swiss Bell Jakarta

Masuk kamar hotel, mandi, lalu bersiap siap mengikuti pembukaan. Acara dibuka oleh Deputi Pembinaan Perpustakaan Nasional RI. Acaranya cukup meriah karena ada sekitar 150 orang yang hadir. Dari 150 orang  dibagi menjadi 4 kelas. Hari pertama dan kedua kami masih dalam satu ruang besar di Ballroom. Baru pada hari ke-3 kami terbagi bagi dalam 4 kelas kecil, yaitu kelas A, B, C, dan D. Peserta dari Sulawesi Selatan 8 orang masuk kekelas B bersama peserta lain dari Sumatra Utara, Bengkulu, Maluku Utara, Jawa Barat, dan Kepulauan Riau. Ada sekitar 30an orang peserta dalam kelas B. Kelas B bertempat di ruang Lotus lantai 2  persis disebelah CafĂ© tempat breakfast tamu hotel dipagi hari. 

Teman teman dari seluruh Indonesia

Agenda hari pertama yaitu selain acara registrasi peserta, Pembukaan (ada sambutan dari Panitia dan pejabat Perpustakaan Nasional RI, dan penjelasan tujuan, agenda dan metode pelatihan. Hari kedua masih di Ballroom, acaranya yaitu overview program, peranan Master Trainer dan Fasilitator, keterampilan fasilitator dasar, dan metode fasilitasi. Setelah acara makan siang, masing masing kelompok menempati kelas masing masing  yang telah ditentukan oleh panitia.

Di kelas kecil masing masing kelompok belajar Role Play bimbingan teknis Strategi Pengembangan Perpustakaan (SPP). Dalam Play Role ini ada 5 sesi yang diajarkan yaitu sesi pertama Pembukaan, Konsep Perpustakaan Umum, konsep Transformasi Perpustakaan dan lain lain. Sesi 6 sampai sesi 11 dilaksanakan pada hari ke-3, dimana sesi ini diisi materi Pelibatan Masyarakat, Strategi Advokasi, Promosi, Lobi, Dokumentasi Kegiatan dan Penyusunan Rencana Kegiatan. 

Peserta Pelatihan

Hari ke-4 kami diajarkan materi Teknologi Informasi dan Komunikasi mulai dari dasar dasar Komputer, pengantar Ms Word, MS Office, dan Ms Excel, Pengetahuan dasar Internet dan Media Sosial, cara Browsing dan mencari informasi serta penjelas ringkas tentang Aplikasi InlisLite. Pada hari ke-4, sebagian peserta mengikuti Bimtek Kunang Kunang. Kunang Kunang adalah suatu aplikasi yang dapat digunakan di lembaga perpustakaan bersama dengan aplikasi InlisLite. 
Berpartisipasi dalam Kelas
Jumat adalah hari ke-5 merupakan hari terakhir pelatihan. Materi bimtek yaitu Konsep Dasar Mentoring, Mentoring berbasis Data, Peer Learning Meeting, Stake Holder Meeting dan pemanfaatan Data Kunang Kunang. Pada malam hari setelah makan malam selesai, acara penutupan dan malam art performance dari 4 kelompok. Acara Penutupan Bimtek dihadiri oleh para Pejabat serta staf Perpustakaan Nasional dan Panitia Bimtek. Pada lomba Art Performance kami dari kelompok B menampilkan pentas drama dan tari tari daerah yang diiringi lagu lagu tradisional dari 4 daerah, yaitu Sumatra Utara, Jawa Barat, Sulawesi Selatan, dan Maluku Utara. Pertunjukan kami diakhiri dengan lagu Nasional dari Sabang Sampai Merauke, sesuai dengan tema dari Panitia yaitu UNITY IN DIVERSITY. 

Malam Penutupan

Peserta dari kelompok C juga menampilkan pertunjukan lagu lagu daerah dengan persiapan yang nampak matang, karena pakaiannya seragam, warna hijab seragam, topi untuk laki laki juga seragam. Begitu pula kelompok D dan A, semua nampak seragam berkaos hitam. Dua kelompok terakhir menampilkan pertunjukan Drama, sayangnya saya agak kurang paham akan masalah dan thema yang diusungnya. Apalagi ada satu  kelompok yang lebih banyak berbahasa daerah saat berdialog, bahasa daerah yang tidak dipahami oleh sebagian besar peserta. Dipenghujung acara, pemenang lomba pertunjukan seni diumumkan, dan ternyata kelompok kami (B) tampil sebagai juara pertama. Tentu saja kami semua bersukaria menyambut kemenangan ini. Saya sendiri tidak menyangka kelompok kami juara, karena selain tidak seragam (ada yang memakai batik, ada juga yang memakai kaos hitam Perpustakaan, dan ada yang memakai kemeja biasa). Mungkin tim penilai berpendapat bahwa tim kamilah yang paling menghibur. Hadiah yang kami terima masing mendapat tas gantung etnis bertuliskan “Literasi Untuk Kesejahteraan”. Malam yang indah untuk dikenang oleh anggota kelompok kami. 

Jalan jalan ke Kota Tua

Setelah acara penutupan selesai, sebagian dari kelompok kami dan juga dari kelompok lain jalan jalan ke Kota Tua. Sayang sekali karena sudah tengah malam, kami tidak bisa lagi masuk ke pelataran kota tua. Terpaksa kami hanya jalan jalan sepanjang jalan yang banyak penjualnya. Tapi saya tidak belanja apa apa. Kami hanya duduk duduk sebentar menikmati suasana malam (dinihari) diatas jembatan dengan kanal yang sudah tertata rapi. Sayang sekali karena banyak anak jalanan dan pengemis yang seenaknya buang air kecil ditepi kanal itu sehingga sedikit berbau pesing. Setelah jam menunjukkan pukul 01 dinihari, kamipun kembali kehotel dengan menggunakan taksi online. 
Bangunan Klasik di Kota Tua

Sabtu pagi, saya dan teman masih menyempatkan diri jalan jalan lagi ke Kota Tua. Di Kota Tua, kami sempat naik Sado (Bendi) keliling, berfoto bersama para artis jalanan (street performer). Kemudian kami melanjutkan perjalanan ke ITC Mangga Dua untuk membeli oleh-oleh buat istri, dan anak anak. Tiket pulang ke Makassar jam 18.15, dan panitia telah menginformasikan bahwa kami akan diantar ke Bandara pada pukul 14 .00  karena khawatir macet dijalan. Hari sabtu adalah kampanye hari terakhir salah satu kandidat calon presiden dan wakil presiden. Jam 14.00 kami pun diantar ke Bandara oleh panitia. Ternyata kami tidak sampai terhadang macet sebagaimana yang diperkirakan sebelumnya. Akhirnya kami harus menunggu di Bandara cukup lama. Perjalan pulang ke Makassar, lancar dan Alhamdulillah, kami tiba dirumah sekitar pukul 23.40 malam.Perjalanan yang melelahkan namun juga menyenangkan........
(Sumber Foto: Group WA "Kelas B Training FASKAB dan koleksi Pribadi)



Takalar Kini dan Esok, Paradigma Baru Bupati Zainal

Buku : Takalar Kini & Esok, Paradigma Baru Bupati Zainal Editor : Andi Wanua Tangke dan Usman Nukma Penerbit : Pustaka Refleksi Te...

Popular Posts