Pesta Perkawinan dan Musik Dandut


Waktu menunjukkan pukul 22.45, dan dilingkungan tempat tinggalku sudah mulai sepi dan sebagian besar tetanggaku sudah tidur. Aku belum tidur meski sudah mengantuk. Dari jauh kudengar suara sang biduan dandut menyanyikan lagu Wakuncar-nya Camelia Malik. Entah mengapa akhir akhir ini hampir setiap malam ada acara pesta pernikahan yang selalu diiringi dengan musik dandut. Biasanya menjelang bulan puasa banyak pesta pernikahan. Acara pestanya dibuat seakan akan tergesa gesa. Padahal kan repot kalau pengantin baru pas lagi Ramadan. Kadang kalau jaraknya hanya puluhan meter dari rumah, akan sangat mengganggu istirahat malam kita, namun kalau agak jauh, terdengar sayup sayup seakan akan menjadi pengiring tidur.

Musik dandut dan pesta pernikahan di Sulawesi Selatan khususnya, dan di sebagian besar daerah di Indonesia adalah dua hal yang tak terpisahkan. Bagaikan dua sisi mata uang logam. Seakan akan tidak sah suatu pesta tanpa diiringi musik dandut.

Dulu dikampung pada era 80an dan awal 90an, yang biasa mengiringi pesta perkawinan adalah orkes dandut, yang pemain dan biduannya bisa sampai sepuluh orang dengan berbagai peralatan musik dibawa dengan menggunakan mobil truk. Tapi sekarang ini, hanya dengan satu peralatan yaitu ‘electone’ sudah bisa mengiringi pesta pernikahan dengan meriah. Hanya dua orang yang dibayar untuk menghibur, pemain electone dan penyanyinya, malah kadang cuma 1 orang karena pemain elektonnya sekaligus penyanyinya.

Jenis lagu yang aku dengar laris manis dinyanyikan oleh para biduan electone adalah jenis lagunya Camelia Malik yang beat-nya kencang. Lagu dandut yang agak mellow dan slow biasanya saat sudah larut malam. Kadang lagu pop anak muda semacam lagu lagunya Band Ungu, Peterpan, Nidji, Samson, D’masiv juga kadang dinyanyikan namun dalam irama dandut atau pop.

Gambar: dari yidio.com

Angin Punya Mulut


Pada suatu sore, Adiel duduk duduk depan rumah. Karena masih dalam suasan 17 Agustus, banyak bendera dipasang didepan rumah rumah penduduk, termasuk depan rumah Adiel dan rumah kaka Indri. Adiel bertanya, “Bapak, kenapa bendera tidak bergerak gerak”. Bapak jawab, karena tidak ada angin, kalau ada angin bertiup, semua bendera akan bergerak / berkibar. Lalu Adiel bertanya lagi, “Ada mulutnya angin?” (Peristiwa saat Adiel 3 tahun)
Gambar: dari billitone.net

Adik Ukasya


Ukasya adalah adik sepupu Adiel, umurnya baru 4 bulan waktu itu, dan suatu sore sepulang dari Paggentungang menjenguk Ukasya, Adiel bilang, “Adik Ukasya belum bisa bicara karena belum ada giginya, tapi sudah ada lidahnya.” (Peristiwa saat Adiel umur 3 tahun)

Gambar: dari cheap-price.net

Stress di Perjalanan


Setiap hari kerja saya membutuhkan waktu sekitar 30 -45 menit perjalanan pergi atau pulang dari kantor. Kalau naik kendaraan umum lebih lama lagi, yaitu sekitar 1 jam lebih. Saya kadang merasa kelamaan dijalan dengan anggapan, mungkin saya bisa punya lebih banyak waktu untuk anak anakku kalau saja saya cepat sampai dirumah dan dikantor. Tapi lama dan sebentar itu relatif juga, kadang yang kita anggap lama, orang lain menganggapnya sekejap. Perjalanan yang hanya sekitar 90 pergi pulang- menit itu setiap hari kulalui dengan rasa stress. Baru terasa lega setelah sampai dirumah lagi.
Ada banyak hal yang membuat stress dijalan. Yang pertama sopir angkot (angkutan kota atau di Makassar dikenal dengan nama Petepete) yang ugal ugalan yang berhenti disembarang tempat dimanapun mereka menemui penumpang. Ada banyak juga pengendara sepeda motor yang tidak disiplin. Begitu banyak pengendara motor, yang melaju kencang dan melewati batas batas kecepatan yang wajar. Mereka kadang dengan tanpa rasa bersalah menyambar pengendara lain. Kita juga dengan mudah menemui begitu banyak pengendara rodadua yang melawan arus, terutama sebelum pertigaan dan perempatan. Disetiap lampu stop, pengendara motor menumpuk didepan, seakan akan semua harus paling depan, sampai sampai menutupi arus dari depan. Ketika lampu hijau menyala, seakan akan dikomandoi, semua membunyikan klakson motor dan mobilnya. Padahal tidak ada orang yang pernah tertidur dilampu merah. Yang lucu, saya pernah berada dibarisan paling depan saat lampu merah, dan pas lampu hijau, pengedara motor disampingku spontan membunyikan klakson. Padahal dia yang paling depan. Aneh.
Tukang becak dan bentor (becak motor) juga salah satu yang membuat stress dijalan. Becak seringkali sangat lamban dan saat dijalan sempit, susah dilewati. Terpaksa mobil dan motor antri dibelakannya mengekor. Kalau bentor, seringkali saya menganggapnya becak, dan bermaksud mendahuluinya, tetapi malah dia lebih kencang lajunya. Mobil mobil truk pengangkut bahan bangunan seperti tanah timbunan, pasir bangunan, batu gunung dll, juga menimbulkan stress. Debu yang ditinggalkannya menyelimuti para pengendara dibelakangnya, belum lagi asapnya yang terkadang menghitam. Kalau mereka membunyikan klakson, seakan akan gendang telinga mau pecah saking menggelegarnya klaksonnya. Kalau memikirkan perjalan tiap hari yang saya lalui yang membuat stress, saya merasa rindu dengan suasana lalulintas dikota Sydney. Betapa tertibnya mereka. Kapan ya kita seperti mereka dalam berlalulintas?

Gambar: dari vivanews.com

Kuliah Kerja Nyata Universitas Hasanuddin







Program KKN (kuliah Kerja Nyata) biasanya dilaksanakan saat mahasiswa perguruan tinggi memasuki semester akhir. Pelaksanaannya selama dua bulan di desa desa yang ada didalam provinsi. Tujuan utamanya adalah untuk mempersiapkan para mahasiswa memasuki dunia kerja dan pengabdian kepada masyarakat. Sampai tahun 1990-an, pelaksanaan KKN selalu di desa desa, yang jauh dari kota, tetapi sekarang ini pelaksanaannya bisa didalam kota dan disebut dengan KKNP (Kuliah Kerja Nyata Profesi).

Saya melaksanakan program KKN ditahun 1990an. Waktu itu saya dan 9 mahasiswa lainnya dari berbagai fakultas ditempatkan didesa Belawae, Kecamatan Dua Pitue, Kabupaten Sidrap, Provinsi Sulawesi Selatan. Lokasinya sangat jauh dan terpencil. Jarak dari jalan provinsi sekitar 15 Km, dan pada kilometer 10 ada sungai besar yang harus disebearangi karena tidak ada jembatan. Setelah menyeberangi sungai, lalu berjalan kaki sekitar 5 km ke pusat desa. Kalau kantor desa dan lapangan sepakbola, hanya sekitar 1 km dari sungai. Kalau terjadi hujan deras, dan air sungai meluap, masyarakat tidak bisa kekota. Saya masih ingat teman teman perempuan menagis saat tiba dilokasi, pada malam hari dengan jalanan yang berlumpur karena habis hujan. Kota terdekatnya adalah kota Buriko dan Siwa yang merupakan bagian dari Kabupaten Wajo. Desa Belawae belum dialiri listrik, hanya menggunakan mesin genset. Siaran TV hanya menangkap TVRI Nasional, karena ada bantuan antenna Parabola dari pemerintah. Belum ada siaran TV swasta waktu itu.


Beberapa program kerja yang kami laksanakan adalah penyuluhan hukum dan penyuluhan pertanian, program perbaikan sarana desa, peningkatan gizi masyarakat, sunatan massal, pengajaran disekolah SMP (di desa tersebut belum ada sekolah setingkat SMA). Saya sendiri membantu pengajaran Bahasa Inggris. Teman teman mahasiswa mengajarkan ibu ibu membuat bunga kering dari barang bekas: plastik, kertas dll.


Entah bagaimana keadaan desa tersebut sekarang. Mungkin sudah ada jembatan, mungkin jalannya sudah bisa dilalui kendaraan roda dua maupun roda empat. Semoga.



Gambar: dari foto koleksi pribadi

Jogging Di Sydney


Sydney adalah surga bagi para jogger. Banyak taman dan track jogging dibangun bagi para pencinta jogging, lari atau sekedar jalan santai bersama keluarga. Semua jalan raya juga disediakan tempat khusus bagi pejalan kaki disisi kiri dan kanan. Ada empat lokasi jogging yang pernah saya coba selama di Sydney. Yang pertama adalah Moore park, taman kecil yang banyak pohon dibagian luarnya, ditengahnya tanah lapang dengan rumput halus dan biasa dijadikan tempat main frisbee atau dog-walking (membawa anjing jalan jalan). Tempat jogging kedua yang merupakan tempat yang paling sering saya datangi jogging adalah Centennial Park. Luasnya sekitar 220 hektar. Bukan hanya tempat jogging, tetapi bisa juga bersepeda, naik kuda (ada kuda yang bisa disewa), rollerblade atau jalan santai. Banyak ibu ibu yang jalan jalan sambil mendorong kereta bayinya. Ada juga tersedia tempat barbeque

Di Centennial park termasuk yang cukup bagus dan dekat dengan berbagai sudut kota Sydney karena terletak di Anzac Parade, sehingga mudah dijangkau darimana saja. Saya biasanya jogging dari Kingsford ke Centennial Park karena tidak begitu jauh jaraknya dari apartemen saya. Kalau ke Cooge beach kami juga seringkali jalan kaki saja atau malah jogging atau lari tapi agak menguras tenaga karena pendakian lalu kemudian penurunan. Coogee ke Bondi beach sekitar 7 km jauhnya dan pemandangannya sungguh indah. Ada pantai Tamarama diantaranya, ada juga Bronte beach (Pantai Bronte) serta ada Waverley cemetery, dimana banyak pesohor/selebriti Australia dimakamkan disitu. Kalau musim dingin, biasanya kita bisa melihat ikan ikan paus yang mencari kehangatan dekat daratan.

Jogging terjauh yang pernah saya lakukan selama di Sydney, adalah yang dari Hyde Park sampai Milsons Point di North Sydney, melewati Royal Botanical Garden, The Opera House dan menyeberangi jembatan Sydney Harbour Bridge. Waktu itu saya jogging bersama Alexander dan Denny, dua teman mahasiswa Indonesia. Padahal itu waktu bulan Ramadhan dan saya lagi puasa.

Gambar: dari bootcampsydney.com.au

Burung Tidur


Sore hari menjelang magrib, saat itu Adiel duduk sama papa didepan rumah ditembok dekker. Saat menyaksikan burung burung berterbangan diudara, Adiel bertanya, “Bapak, mau kemana burung itu semua?”. Lalu bapak menjawab, “Burung burung itu mau terbang kerumahnya untuk bobo (tidur) karena sudah mulai gelap”. Lalu Adiel bertanya lagi, dimana rumahnya burung?. Dipohon, ada sarangnya, kata papa, dan kalau sudah malam burung burung itu tidur disarangnya dipohon. Adiel bertanya lagi, “Pake appe ki juga?” Maksudnya, apa burung juga pake bantal guling kalau tidur? appe = sulappe (bahasa Bugis)= bantal guling. (peristiwa saat Adiel umur 2,5 tahun)

Gambar: dari refreshmore.com

Obat Untuk Nyamuk


Pada suatu sore dirumah mama Nini (tantenya Adiel). Waktu itu Adiel baru sekitar 2 tahun, tapi sudah lancar bicaranya. Kalau mama tugas sore dan papa belum pulang dari kantor, Adiel dititip sama mama Nini. Ditokonya, Adiel melihat mama Nini menuangkan cairan kedalam wadah yang mungkin Adiel tidak mengerti apa isinya. Adiel lalu bertanya, “Apa itu mama Nini?” Mama Nini menjawab, “Obat Nyamuk”, dengan polos Adiel bertanya lagi “sakit apa nyamuk?” (Peristiwa saat Adiel umur 2 tahun)

Asap Rokok Dalam Bis


Beberapa hari lalu saya mengadakan perjalanan jauh untuk tugas mengajar pada salah satu institusi pemerintah yang mengadakan pendidikan dan pelatihan (Diklat) di Mamuju. Dari Makassar (Sulawesi Selatan) ke Mamuju (Sulawesi Barat) yang berjarak sekitar 444 km, sesuai buku panduan pariwisata yang saya baca sebelumnya. Saya beli tiket di Terminal regional Daya. Kalau saja ada bus pagi kesana saya lebih suka karena perjalanan ke Mamuju semua melalui tepian pantai yang indah. Tapi karena semua bus berangkat pada malam hari, terpaksa saya berangkat malam, sekitar jam 7.30 malam.

Tiket bis yang saya dapat adalah non-ac, karena yang tiket bis ber-ac sudah habis. Ketika sudah duduk dalam bus, orang yang duduk tepat dibelakang saya sedang asyik merokok. Orangnya sudah tua dan sudah memakai kain sarung, mungkin persiapan tidur, pikirku. Ternyata orangtua perokok tersebut, tidak tidur sepanjang perjalanan, tapi asyik merokok. Asap rokoknya selalu tertiup kemuka saya setiap kali dia hembuskan. Terpaksa dengan saputangan, saya menutupi hidung, sambil berusaha tertidur. Perjalanan yang menyiksa bagi saya, tapi mungkin menyenangkan bagi orangtua tersebut. Saya jadi kurang tidur, padahal besok pagi sampai sore harus mengajar dari pagi sampai sore untuk tiga materi pengajaran.

Penduduk Indonesia termasuk negara dengan jumlah perokok terbesar didunia. Entah mengapa. Pemerintah kita sangat tidak berdaya menerapkan peraturan larangan merokok ditempat umum, termasuk dalam bus komersial. Bahkan dengan mudah berbagai iklan rokok menyerbu media massa (cetak dan elektronik). Baliho baliho raksasa di kota kota besar 90% adalah iklan rokok. Di Australia, iklan rokok telah dilarang disiarkan di TV dan radio sejak 1970-an. Disini, iklan rokok selalu yang paling lama durasi penayangannya, imejnya selalu petualangan, persahabatan, kebaikan hati, nasionalisme, dan kejantanan (padahal dibungkusnya disebutkan dapat menyebabkan impotensi hehehehe).

Pada salah satu majalah kesehatan, pernah dibahas bahwa secara statistik biaya pengobatan penyakit yang disebabkan oleh rokok jauh lebih tinggi dibanding pendapatan negara dari cukai rokok. Alasan pemerintah, industri rokok menampung banyak tenaga kerja. Ditengah krisis ekonomi yang melanda negara kita, munkin alasan ini dapat diterima kalau menyangkut tenaga kerja. Tapi tidakkah pemerintah memikirkan biaya pengobatan penyakit yang disebabkan oleh rokok?

Pemerintah kita juga tidak berdaya menerapkan aturan larangan merokok bagi anak anak. Saya sering melihat anak anak SMP dan SMA merokok dengan santainya. Dinegara maju, misalnya di Amerika, negara negara di Eropa, Jepang, Kanada, Australia sesorang harus memperlihatkan KTP sebelum membeli rokok. Kalau usianya belum 18 tahun, penjual tidak akan memberikannya. Percuma saja pemerintah kita melarang anak anak merokok, semetara orangtua, om, kakak, guru guru disekolah adalah perokok.

Pesan moral: kalau tidak mau anak anak kita merokok, maka kita jangan merokok. Anak anak kita akan berpikir, kalau ayah merokok, kenapa saya tidak?

TAKABONERATE Expedition




Takabonerate adalah suatu gugusan kepulauan yang secara administratif adalah satu kecamatan di Kabupaten Kepulauan Selayar. Gugusan kepulauan ini sudah ditetapkan sebagai Taman Nasional Laut berdasarkan SK Menteri Kehutanan No. 280/Kpts-11/1992 sebagai Taman Laut terbesar di Indonesia. Kawasan ini terdiri dari 21 pulau besar dan kecil, dan hanya 7 pulau yang berpenghuni. Letak geografisnya berada pada 120 55’ BT dan 6 23’- 705’ LS dengan luas kawasan 530.765 Ha. Jumlah penduduknya 5.101 jiwa. Kabupaten Kepulauan Selayar terdiri dari 130 pulau dan yang berpenghuni cuma 26 pulau.
Pada program “Takabonerate Islands Expedition” yang berlangsung selama 4 hari diatas kapal TNI AL KRI MAKASSAR, saya dan teman teman hanya sempat mengunjungi 3 pulau, selain pulau terbesarnya yaitu Selayar, juga pulau Rajuni dan Pulau Tinabo. Pulau Rajuni dan Tinabo ini masuk dalam kawasan Taman Nasional Laut Takabonerate. Di pulau Rajuni dihuni oleh kebanyakan suku Bugis dengan logat Bugis Sinjai. Pulau Tinabo sebenarnya tidak berpenghuni, namun pemerintah Selayar telah membangun 3 buah resort dipulau ini. Resort ini selain untuk tempat menginap para penyelam (divers) juga dihuni oleh para Jagawana (Polisi Hutan). Dipulau Tinabo ini kita bisa menyaksikan bagaimana terumbu karang ditanam, dipelihara (konservasi) dan dikembangkan. Selain dikedua pulau ini, keindahan terumbu karang juga bisa disaksikan dipulau pulau: Kawuna, Panjang, Latondu, Tarupa, Lantigiang, Tinanja, Belang Belang, dan Pulau Pasi Tallu. Peserta expedisi menyebar diberbagai pulau dikawasan Takabonerate ini.
Saya dan teman teman tidak menyelam, tapi dari atas dermaga pulau Tinabo kami menyaksikan terumbu karang berbagai warna serta ikan ikan hias. Juga dari laptop para penyelam kami sempat menyaksikan hasil jepretan kamera, dan shootingan bawah laut yang di upload dan diputar ulang diatas kapal. Ada sekitar 200an penyelam yang ikut dalam expedisi, termasuk 3 artis ibukota yaitu Nadine chandrawinata, Putri Patricia dan Lusi Rahmawati. Klub klub selam dari berbagai provinsi juga turut serta dalam penyelaman ini, termasuk klub selam POSI Makassar, Klub Selam Wirabhuana dan lain lain.
Kabupaten Kepulauan Selayar telah ditetapkan sebagai pusat budidaya ikan karang dan sebagai destinasi pariwisata bahari unggulan nasional yang membangun sinergi antara kepentingan konservasi dan kepentingan ekonomi produktif. Untuk mendukung program ini, ada banyak hal yang perlu dibangun dan dikembangkan di Selayar, baik oleh pemerintah setempat, pemerintah provinsi dan juga pemerintah pusat diantaranya: pembangunan bandara perintis disalah satu pulau di Takabonerate, pelabuhan laut/ jetty, akomodasi dan air bersih, mooringbuoy, penyediaan peralatan diving, snorkeling, mesin mesin kapal ukuran kecil dan besar, dan lain lain.
Kendala utama yang dihadapi dalam pengembangan pariwisata bahari di kawasan Takabonerate adalah sulitnya mencapai lokasi. Masalah aksesibilitas ini banyak dikeluhkan oleh para diver saat kami berbincang bincang diatas kapal. Kalau dari pulau Selayar, lewat pelabuhan Pattumbukang membutuhkan waktu tempuh sekitar 3-4 jam dengan perahu/kapal motor (Jolloro), sedangkan kalau dari pelabuhan Rauf Rahman di kota Benteng Selayar butuh waktu lebih lama lagi yaitu sekitar 7-8 jam. Kendala lain yaitu mahalnya biaya pembangunan sarana dan prasarana dipulau terpencil dan sulitnya pengawasan dan pemanannya. Untuk mengatasi segala kendala tersebut, perlu adanya sinergi dan kerja sama lintas sektor dan lintas antara SKPD. Pihak pihak yang perlu dilibatkan misalnya Dinas Kelautan dan Perikanan, Dinas Perhubungan, Dinas Pekerjaan Umum, Perindustrian dan Perdagangan, Kesehatan, Badan Pemberdayaan Masyarakat, Pendidikan, Lingkungan Hidup dan lain lain. Tak kalah pentingnya adalah peran serta masyarakat: yaitu adanya peluang kerja dan peluang usaha bagi masyarakat, adanya kemitraan antara masyarakat dan pengusaha. Dengan demikian rencana penunjukan Selayar sebagai Destinasi Pariwisata Bahari Unggulan Nasional dan pusat pengembangan budidaya ikan karang dapat terwujud dalam jangka waktu yang tidak terlalu lama. Semoga.

Si Tupac


Tupac adalah nama kucing hitam milik tetangga apartemen unit sebelah saat saya masih tinggal di Strachan street, Kingsford, Sydney. Pemiliknya namanya William, cowok bule Australia asli. Saya jarang ngobrol dengan si Willy tapi cukup sering berinteraksi dengan si Tupac. Dan melalui Tupac juga saya bisa kenalan sama Willy, tuannya. Dengan si Willy ketemunya paling di tempat penjemuran pakaian dihalaman belakang. Sementara di Tupac, setiap kali pintu kamarku terbuka pasti dengan lincahnya akan lari masuk kekamar dan tidur tiduran ditempat tidurku. Suatu sore yang mendung, dihalaman belakang apartemen Willy bertanya kepada saya, “don’t you see Tupac?” Awalnya saya agak bingung, tapi kemudian ingat si kucing hitam yang memakai kalung dengan tulisan “TUPAC” dan sederet nomor telepon dibagian bawa namanya. Saat kuberitahu bahwa si Tupac ada ditempat tidurku, Willy minta maaf. Sejak itu kami lebih sering bercerita tentang Tupac kalau bertemu di tempat penjemuran.
Ada beberapa kisah lucu tentang si Tupac ini yang diceritakan oleh Willy kepada saya. Ternyata si Tupac ini, meskipun kelihatan manis saat didalam rumah, tapi ternyata nakal diluar. Pernah suatu hari Willy ditelepon oleh seorang ibu dengan suara marah dan mengabarkan bahwa si Tupac telah memecahkan telur yang ada diatas meja dapurnya. Tentu saja Willy minta maaf dan segera menjemput kucingnya. Willy juga pernah menerima telepon yang mengeluhkan tentang Tupac yang telah meneror burung peliharaannya. Karena Willy capek menerima telepon yang selalu memarahinya, akhirnya dia mencopot kalung Tupac. Tapi akibatnya si Tupac menghilang. Terpaksa Willy memasang beberapa kertas pengumuman tentang hilangnya Tupac. Ternyata Tupac terjatuh dikolam ikan seorang ibu yang tinggal 3 blok dari apartemen kami. Anak lelaki si ibu yang berusia 5 tahun sangat sayang pada Tupac dan mengira tidak ada pemiliknya, dan memeliharanya. Berkat bujukan ibunya dan pemberian hadiah dari Willy akhirnya Tupac dilepaskannya.
Akhirnya Willy memasang lagi kalung nama dan juga nomor telepon pada Tupac dan menjaganya lebih hati hati.

RSKD DADI

Pada suatu sore, saya ke RS Dadi di Makassar, untuk menjemput istri saya yang bertugas disitu. Dalam perjalanan menuju rumah sakit, saya sempat membeli koran Fajar, selain majalah Readersdigest yang selalu saya bawa. Tujuannya untuk saya baca kalau istri belum bisa pulang kalau ada pasien gawat.
Singkat cerita, diruang tunggu saya membaca readersdigest sementara koran saya letakkan disamping, sambil menunggu istri yang masih bertugas. Tiba tiba seorang pemuda yang saya perkirakan keluarga pasien datang duduk disamping saya dan minta izin pinjam koran. Mungkin dia suntuk menunggui keluarganya yang sedang dirawat dan tak ada bahan bacaan sama sekali. Setelah membaca sekilas, si pemuda membuka percakapan dengan saya. Awalnya dia berbicara tentang PSM yang akhir akhir ini sering kalah. Saya menanggapinya seadanya, pertama, karena saya memang kurang memperhatikan dunia persepakbolaan nasional, kedua saya masih asyik membaca Readersdigest. Ketika saya berhenti membaca, kami kemudian bisa sedikit berdiskusi, mulai dari terpilihanya Obama sebagai presiden AS, kurs rupiah, musim dingin dinegara Eropa, sampai tentang pejabat yang korupsi. Dalam hati saya berkata, “wah cerdas juga ini anak, berpengetahuan luas, meski penampilannya kurang rapi alias rantasa (istilah Makassar)". Tapi namanya anak muda, seringkali kurang memperhatikan penampilan.
Karena asyik berdiskusi dengan pemuda tersebut, tak terasa waktu berlalu. Istriku pun selesai bertugas dan kami siap siap pulang. Tiba istriku berbicara kepada pemuda tersebut dengan nada perintah, “Hey, pulang sana ketempatmu, nanti dicari sama suster”. Meski sedikit enggan, si pemuda yang saya tidak sempat tanya siapa namanya, bangkit dan berkata dengan logat Makassar, “suster ka, baru ki cerita cerita, nasurumaki seng pulang ketempatta”. Kepada saya, istriku bilang, “dia itu pasien jiwa” hahahahhahahahh

Kucing & Tikus


Tikus Tikus Yang Mengganggu
Rumah yang kami sekeluarga tempati sekarang dibangun diatas lahan bekas persawahan. Ketika pertama kali kami tempati sekitar Februari 2007, begitu banyak tikus yang sering masuk. Apalagi dengan dengan adanya rumah kosong pas disebelah kanan rumah. Selain itu saya juga membangun tambahan bangunan dibelakang, yang sebagian tembok dindingnya belum diplester. Tikus dengan mudah memanjat sampai keatap. Pada malam hari sangat mengganggu karena mereka berlarian dan berkejar kejaran diatas ata seng dan plafond rumah. Anak anak juga ketakutan kalau malam hari masuk ke dapur atau toilet.
Berbagai cara kami lakukan untuk memberantas tikus tikus tersebut, mulai dari menutupi semua lubang yang bisa dimasuki, tidak membiarkan ada makanan atau sisa sisa makanan didapur, memberikan pil racun tikus… namun tidak ada yang berhasil. Seorang teman menyarankan untuk memasang perangkap atau lem tikus, tapi karena istri lagi hamil waktu itu, saran teman tidak kulaksanakan. Orang tua dikampung melarang seorang suami yang istrinya sedang hamil, untuk membunuh binatang, berburu atau bahkan menebang atau mematahkan pohon.
Pada suatu sore, seekor kucing liar berbulu dasar putih dengan bercak hitam dan cokelat dipunggungnya masuk kerumah mencari makan. Kusebut kucing liar karena diseluruh kompleks perumahan tidak ada satupun keluarga yang benar benar memelihara kucing dalam arti teratur memberinya makan, mengobati kalau ada penyakitnya, membelikannya tempat cakar cakaran, seperti orang orang kaya diperkotaan yangbanyak memelihara kucing Anggora misalnya. Singkat cerita, saya membiarkan kucing betina tersebut tinggal dirumah, menyiapkan sisa sisa makanan dipiring khusus, supaya sikucing betah dan mau tinggal dan memburu tikus kalau malam hari. Si Cathy –nama yang kuberikan- akhirnya berhasil menangkap seekor tikus pada malam kedua ketiga, dan sangat aggresif. Seringkali dia mengejar tikus sampai ke atap rumah dan hal itu merupakan tindakan “traumatis” dan membuat shock tikus tikus. Semakin lama semakin berkurang tikus pada malam hari. Dua minggu sejak adanya Cathy dirumah, dapat dikatakan tidak ada lagi tikus tikus yang mengganggu tidur kami dimalam hari. Sekarang ini ada lagi si Tom, kucing putih jantang yang menjadi pasangan Cathy. Ternyata memberantas tikus cukup mudah, yaitu dengan memelihara kucing yang merupakan musuh bebuyutan tikus.

Helm


Adiel kalau bepergian sama bapak dan mama naik motor biasa duduk didepan dan memakai helm. Pada suatu sore, saat itu rencana mama akan ke toko kue, dan Adiel sudah siap siap. Saat akan berangkat, Adiel bilang, “Papa, saya mau pake helm juga, nanti mobil trek lewat dimataku!” Maksudnya, nanti kalau tidak pake helm dan mobil trek lewat, debunya bisa masuk dimata Adiel. (Peristiwa saat Adiel umur 3 tahun)

Gambar: foto koleksi pribadi

Takalar Kini dan Esok, Paradigma Baru Bupati Zainal

Buku : Takalar Kini & Esok, Paradigma Baru Bupati Zainal Editor : Andi Wanua Tangke dan Usman Nukma Penerbit : Pustaka Refleksi Te...

Popular Posts