Stress di Perjalanan


Setiap hari kerja saya membutuhkan waktu sekitar 30 -45 menit perjalanan pergi atau pulang dari kantor. Kalau naik kendaraan umum lebih lama lagi, yaitu sekitar 1 jam lebih. Saya kadang merasa kelamaan dijalan dengan anggapan, mungkin saya bisa punya lebih banyak waktu untuk anak anakku kalau saja saya cepat sampai dirumah dan dikantor. Tapi lama dan sebentar itu relatif juga, kadang yang kita anggap lama, orang lain menganggapnya sekejap. Perjalanan yang hanya sekitar 90 pergi pulang- menit itu setiap hari kulalui dengan rasa stress. Baru terasa lega setelah sampai dirumah lagi.
Ada banyak hal yang membuat stress dijalan. Yang pertama sopir angkot (angkutan kota atau di Makassar dikenal dengan nama Petepete) yang ugal ugalan yang berhenti disembarang tempat dimanapun mereka menemui penumpang. Ada banyak juga pengendara sepeda motor yang tidak disiplin. Begitu banyak pengendara motor, yang melaju kencang dan melewati batas batas kecepatan yang wajar. Mereka kadang dengan tanpa rasa bersalah menyambar pengendara lain. Kita juga dengan mudah menemui begitu banyak pengendara rodadua yang melawan arus, terutama sebelum pertigaan dan perempatan. Disetiap lampu stop, pengendara motor menumpuk didepan, seakan akan semua harus paling depan, sampai sampai menutupi arus dari depan. Ketika lampu hijau menyala, seakan akan dikomandoi, semua membunyikan klakson motor dan mobilnya. Padahal tidak ada orang yang pernah tertidur dilampu merah. Yang lucu, saya pernah berada dibarisan paling depan saat lampu merah, dan pas lampu hijau, pengedara motor disampingku spontan membunyikan klakson. Padahal dia yang paling depan. Aneh.
Tukang becak dan bentor (becak motor) juga salah satu yang membuat stress dijalan. Becak seringkali sangat lamban dan saat dijalan sempit, susah dilewati. Terpaksa mobil dan motor antri dibelakannya mengekor. Kalau bentor, seringkali saya menganggapnya becak, dan bermaksud mendahuluinya, tetapi malah dia lebih kencang lajunya. Mobil mobil truk pengangkut bahan bangunan seperti tanah timbunan, pasir bangunan, batu gunung dll, juga menimbulkan stress. Debu yang ditinggalkannya menyelimuti para pengendara dibelakangnya, belum lagi asapnya yang terkadang menghitam. Kalau mereka membunyikan klakson, seakan akan gendang telinga mau pecah saking menggelegarnya klaksonnya. Kalau memikirkan perjalan tiap hari yang saya lalui yang membuat stress, saya merasa rindu dengan suasana lalulintas dikota Sydney. Betapa tertibnya mereka. Kapan ya kita seperti mereka dalam berlalulintas?

Gambar: dari vivanews.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Buku Cerdas Sulawesi Selatan, Bunga Rampai Pengetahuan tentang Sulawesi Selatan

Judul:                         Buku Cerdas Sulawesi Selatan Penulis:                       Shaff Muhtamar Penerbit:                     ...

Popular Posts