Berlayar dengan KRI Makassar






Pada bulan Oktober 2009 lalu, saya dan ratusan orang lainnya mengikuti pelayaran dengan Kapal Perang KRI Makassar, pada saat launching program Takabonerate Expedition 2009. Pelayaran dimulai dari Pelabuhan laut Soekarno Hatta, Makassar ke kepulauan Selayar dan kembali ke Makassar selama 4 hari. Dalam pelayaran ini ikut serta Gubernur dan wakil Gubernur, panglima Kodam VII Wirabhuana, pejabat eselon 2 Pemda Provinsi, Pramuka, artis dari Jakarta, wartawan, rombongan pelajar dan mahasiswa pencinta alam, peneliti dan utusan berbagai lembaga yang terkait langsung dengan kelautan dari hampir seluruh provinsi di Indonesia.
KRI Makassar di kukuhkan oleh Kepala Staf TNI Angkatan Laut (KSAL), Laksamana TNI Slamet Soebijanto, pada 1 Agustus 2007 di Pelabuhan laut Soekarno –Hatta Makassar. Nama Makassar diabadikan pada kapal ini mengingat sejarah maritim yang sangat kuat pada pelaut Makassar dimasa lampau, terutama pada masa kejayaan Kerajaan Gowa.
Berlayar dengan kapal KRI Makassar membuat saya merasa bangga bisa menjelajahi wilayah laut negeri tercinta, meskipun hanya 4 hari dilingkungan Takabonerate, Kepulauan Selayar. Pengalaman langka dan tak terlupakan karena kami yang ikut berlayar merasa seolah olah bagaikan pelaut dan sekaligus angkatan perang laut. KRI Makassar adalah kapal perang yang dibuat di Korea Selatan oleh perusahaan Daesung Shipbuildings & Engineering Co., Ltd. Kapal ini panjangnya 122 meter dan lebar 22 meter, tinggi 35 meter dengan kecepatan maksimum 15,1 knots, jelajah 13,5 knots. Jumlah personel yang dapat ditampung sebanyak 618 personel, juga dapat menampung 22 kendaraan tempur, 15 truk dan 3 helikopter. Kapal ini juga dilengkapi dengan landasan helikopter (helipad) dan juga bisa berfungsi sebagai Rumahsakit Laut.

Kami ditempatkan di kamar kamar prajurit TNI dengan tempat tidur bersusun. Meskipun terasa agak sempit, tapi cukup bersih. Masing masing rangjang dipasangi tirai untuk privasi saat tidur. Kamar mandi dan toiletnya juga cukup bersih, hanya saja tempat mandinya berjajar pakai shower dan terbuka, jadinya kalau mandi agak risih karena tidak terbiasa mandi ramai ramai. Tempat makan didapur harus antri karena banyaknya peserta. Makan menggunakan wadah omprengan aluminium, dan menunya berganti tiap hari dan lumayan enak.

Pada saat tiba dikawasan Takabonerate, kapal berhenti di tengah laut dan bagian belakang kapal bisa terbuka, dan perahu kecil dan perahu karet bisa masuk, karena air laut juga masuk sampai hampir ke bagian tengah kapal. Banyak peserta yang berenang dilaut tapi tetap dalam kapal dengan pemandangan laut lepas. Di Takabonerate, kami dijemput oleh penduduk lokal dengan perahu perahu kecil untuk dibawa berkelana ke pulau pulau kecil seputaran Takabonerate. Saya dan beberapa mahasiswa ikut ke rombongan Wakil Gubernur berkunjung ke Pulau Rajuni, dan selanjutnya ke Pulau Tinabo. Selama pelayaran kami bisa menyaksikan bagaimana prajurit TNI AL bertugas selama dilaut, menurunkan dan menaikkan perahu karet dari kapal turun kelaut. Satu pengalaman yang sungguh mengesankan.


Foto foto: koleksi pribadi

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Buku Cerdas Sulawesi Selatan, Bunga Rampai Pengetahuan tentang Sulawesi Selatan

Judul:                         Buku Cerdas Sulawesi Selatan Penulis:                       Shaff Muhtamar Penerbit:                     ...

Popular Posts